Pages

Kisah Seorang Penipu Ulung yang Melarikan Diri Setelah Menipu Ratusan Ribu Orang dgn Dana Mencapai Lebih 6 Trilyun Rupiah

M. Rizal Ismail (Motivator Internasional)


Ustadz  palsu Haji Jaya Komara, namanya kini tersohor. Ya, Direktur Utama Koperasi Langit Biru (KLB) itu kini tengah menjadi sorotan publik. Ia kini dicari-cari polisi lantaran diduga menggelapkan dana investornya hingga Rp 6 triliun.


Pernah ditahan karena malpraktek
Ustadz Haji Jaya Komara, pimpinan Koperasi Langit Biru (KLB) ternyata pernah berurusan dengan polisi. Ia pernah ditahan lantaran melakukan malpraktek, karena melakukan operasi medis terhadap seseorang hingga menyebabkan kematian.

"Memang dulu pernah ditahan karena dia pernah mengoperasi orang hingga tewas. Kasusnya dulu ditangani Polres Tangerang Kota," ujar Kabareskrim Mabes Polri Komjen Pol Sutarman kepada detikcom, Senin (11/6/2012).

Sutarman mengatakan, Komara melakukan tindakan operasi tanpa dasar keahlian di bidangnya. "Dia bukan dokter, tapi semacam dukun begitu," imbuh Sutarman.

Sementara itu, Kapolres Tangerang Kabupaten Kombes Bambang Priyo Agodo menjelaskan, Komara pernah berurusan dengan polisi dalam kasus tersebut sekitar tahun 1994.

"Namanya dulu Haji Jaya. Dia kena 4 tahun vonis penjara saat itu," kata Bambang.

Hanya saja, mengenai siapa korbannya dan bagaimana kesalahan tindakan operasi yang dilakukan Komara, Bambang tidak mengetahui secara detil.

"Itu kasus kan sudah lama. Korbannya saya nggak hafal. Yang jelas korbannya meninggal waktu dioperasi di tengkuknya," ujarnya.

Bambang mengatakan, Komara tidak memiliki keahlian dalam bidang kedokteran. Komara sendiri pernah menjadi Office Boy di salah satu rumah sakit di kawasan Tangerang.

"Mungkin karena dia pernah di rumah sakit, dia suka melihat bagaimana dokter mengobati pasien sehingga dia berani ambil tindakan itu," jelasnya.

Sebagian penduduk Bukit Cikasungka, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang awalnya mengenal Komara sebagai tukang urut. Beberapa di antaranya mengenal sosok Komara sebagai tabib yang sering memberi pengobatan herbal yang tidak jelas dampak asal usul obatnya dan dampak ke para pasiennya, namun karena masyarakat yg awam dan ikut2an percaya saja akan penyembuhan asal2annya itu.

Asal usul sang Penipu ulung
Namun, siapakah sebenarnya Ustad Haji Jaya Komara ini? Bagaimana perjalanannya hingga bisa menggalang dana dari 125 ribu nasabah yang datang dari berbagai pelosok tanah air itu?

Jati diri Jaya Komara itu memang masih misterius. Warga sekitar, memanggilnya sebagai ustadz karena sering aktif dalam kegiatan keagamaan seperti mengisi ceramah dari masjid ke masjid.

Lalu bagaimanakah awalnya ia bisa berada di Perumahan Bukit Cikasungka, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang dan menempati areal seluas sekitar 1 hektar? Berikut penuturan warga sekitar berdasarkan penulusuran detikcom di lokasi pada Minggu (10/6/2012).

"Dulu dia menempati rumah kosong (di Perumahan Bukit Cikasungka), rumah kecil yang tak bertuan," kata Rara, warga setempat.

Rara menceritakan, Jaya Komara mulai menempati rumah tersebut sekitar tahun 2003 silam. Ia datang ke lokasi bersama istri dan 9 anaknya. Ia dan warga sekitar tidak tahu persis asal-muasal Komara ini. Yang ia tahu, Komara adalah warga pendatang.

"Dulu dia bersama orang-orang yang suka tidur di masjid. Asalnya dari mana, kita tidak tahu persis. Tapi yang jelas, dia ini bukan asli sini, dia itu pendatang," katanya.

Rara juga mengaku tidak mengetahui identitas Jaya Komara. Bahkan, setelah menempati rumah kosong tersebut, Jaya Komara bisa mendapatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai warga sekitar.

"Kalau kami hadir di sini ada dasarnya, kita penghuni BTN ini. Kalau Jaya Komara hadir di sini kami tidak tahu, itu kan wallahu alam. Nama dia saja, apakah benar Jaya Komara, atau Jaya saja, atau Haji Komara, kita nggak tahu," jelasnya.

"Malah dia dapat KTP sini, tinggal di sini. Ustadz Jaya bisa melakukan ini, otomatis dia pernah melakukan hal sama di tempat lain," lanjutnya.

Keberadaan Komara di Bukit Cikasungka tidak ada yang berani menggugat. Kepribadian Komara yang dikenal warga ramah dan baik, tidak membuat warga mengusirnya dari lahan tersebut.

"Dia positifnya itu baik sama orang-orang sini. Bahkan, kalau ada tahlilan pun, dia suka datang meski tidak diundang," ujarnya.

Warga lain, Sri Haryanti atau biasa dipanggil Ibu Genta juga memiliki penilaian yang sama terhadap Komara. Ibu Genta yang menjadi salah satu investor Komara mengenal Komara sebagai sosok yang baik.

"Sejauh yang saya kenal, dia bisa dibilang baik. Dia nggak pernah ngurusin duniawi, sama sekali nggak pernah," ujar Ibu Genta.

Menurut Ibu Genta, Komara selalu mengajarkannya untuk bersikap sabar dalam menghadapi segala ujian.

"Dulu (Komara) tanam lele, tanam belut, mati semua. 'Pak mati semua lelenya. Sabar bu"," katanya.

Berceramah

Aktivitas Komara sehari-hari, adalah mengisi ceramah di masjid-masjid sekitar. Dengan berpakaian gamis dan bersorban, Komara mampu meyakinkan dirinya sebagai pemuka agama hingga mendapat julukan 'ustadz' dari masyarakat sekitar.

"Yang saya tahu, dia bisa mengaji, dia bisa ceramah, dia bisa ngimami. Mungkin itu sebabnya dia dijuluki ustadz," kata Rara saat ditanya perihal mengapa disebut ustadz.

Rara sendiri tidak mengetahui bagaimana Komara bisa mendapat julukan ustadz. Ia menduga, Komara bisa mengumpulkan ratusan ribu investor berkat kontak langsung dengan masyarakat saat ia mengisi kegiatan ceramah.

"Dia memang suka ceramah di mana-mana. Kami, masyarakat sini tidak tahu siapa yang kasih gelar ustadz ke dia. Yang jelas, dia bisa mengaji, bisa ceramah dan bisa ngimami. Mungkin dia butuh pengakuan warga," ungkap Rara.

Sedang menurut Ibu Genta, Komara kerap mengisi kegiatan ceramah dan tabligh akbar di sejumlah tempat. Kegiatan ceramah ini dilakoni Komara sejak tahun 2003 atau mulai awal ia menempati rumah di Bukit Cikasungka.

"Pak Ustad Komara memang suka ceramah di mana-mana. Kalau di Jakarta, (ceramah dilakukan) di Kebon Jeruk," ujar Ibu Genta.

Kegiatan ceramahnya ini diikuti massa yang banyak. "Kalau ada tabligh akbar bisa ribuan," IBu Genta mengimbuhkan.

Tukang Urut

Awal mula Komara menempati rumah di Bukit Cikasungka, kehidupannya serba pas-pasan. Untuk menghidupi istri dan 9 anaknya, Komara berjualan minyak gosok. Bahkan, sambil menawarkan dagangannya. Komara melakukan jasa pelayanan sebagai tukang urut.

"Dulu dia tukang minyak godok, tukang urut. Dia jual minyak gosok, sekalian ngurut," kata Rara.

"Dia itu keluarganya orang susah. Anak-anaknya pun tidak ada yang bersekolah," lanjut Rara.

Hampir seluruh warga Bukit Cikasungka, pernah diurut oleh Komara. Bahkan, Rara sendiri pernah meminta Komara untuk mengurut badannya kala kelelahan.

"Dia sering mengurut orang-orang sini. Saya juga pernah diurut sama dia. Memang urutannya terkenal bagus ya, enak lah di badan," ujar Rara.

Sementara menurut Ibu Genta, jasa pengobatan Komara ini sudah tersohor di lingkungan warga sekitar. Tidak hanya warga sekitar, tapi penduduk luar kampung juga banyak yang menggunakan keahliannya dalam berobat itu.

"Dia biasa dipanggil ke rumah-rumah buat pengobatan. Orang dari luar juga banyak yang datang," imbuh Ibu Genta.

Konon katanya, Kasat Samapta Polres Kabupaten Tangerang, Kompol Kustanto pun sering menggunakan jasa Komara untuk mengurutnya. Perihal itu, dibenarkan oleh Kapolres Tangerang Kabupaten Kombes Bambang Priyo Agodo.

"Iya, betul. Memang dia (Kustanto) sering diurut sama Komara," ujar Bambang saat dihubungi.

Jual Daging

Komara dikenal warga sebagai pria yang ulet. Segala macam pekerjaan dan usaha pernah ia tekuni. Selain menjadi tukang urut, Komara juga pernah berjualan lele dan belut.

Bahkan, dengan memanfaatkan lahan kosong, Komara menanam singkong di areal perkebunan milik developer Bukit Cikasungka. Bahkan beternak lele dan belut pun ditekuninya.

"Dia wirau saha tanam singkong, tanam belut, lele. Tanah kosong perumahan dia manfaatkan tanam singkong," kata Ibu Genta.

Ibu Genta mengatakan, usaha Komara seing mengalami jatuh-bangun. Namun, kata dia, Komara selalu bersabar dan berusaha untuk memulihkan perekonomiannya.

"Dulu pernah lele dan belutnya mati semua. Dia cuma bilang 'sabar bu, insya allah'," katanya.

Perlahan-lahan, Komara bangkit dari keterpurukan. Hingga akhirnya, sekitar tahun 2005, Komara berjualan daging ke warga sekitar. Daging yang ia jual itu, ia dapatkan dari suplier.

"Bahkan ustadz sendiri yang menawarkan ke orang-orang secara langsung. Dagingnya juga bagus," katanya.

Dalam menjalankan bisnisnya, Komara menawarkan sistem kredit daging. Setiap warga yang mengambil daging darinya, tidak pernah dipaksa untuk membayar sesuai tarifnya.

"Jadi dulu 1 kilogram daging itu Rp 60 ribu. Ustadz nggak pernah matok sehari harus bayar berapa. Kalau bisanya Rp5 ribu, ya bayar Rp 5 ribu," katanya.

Saking ikhlasnya dalam berjualan, Komara tidak pernah mengingat-ingat berapa catatan utang warga yang mengambil daging darinya. Meski demikian, warga sekitar punya kesadaran sendiri dalam membayar utangnya ke Komara.

"Dulu rata-rata warga ambil 5 kg empat kali bayar dan dia suka nyuruh hitung sendiri, tulis sendiri. Jadi sangat bagus sekali, bukannya muji ya," tutur Ibu Genta.

Atas landasan itu, warga sekitar mulai banyak yang tertari. Lama-lama, pesananan daging dari Komara semakin banyak peminatnya. Hingga akhirnya, Komara menawarkan daging untuk paket lebaran.

Di situlah puncak kejayaan Jaya Komara. Hingga pada tahun 2010, bisnisnya dalam daging itu ia kembangkan. Ia pun kemudian mendirikan PT Transindo Jaya Komara (TJK) yang bergerak di bidang investasi daging.

Sistem yang dipakai di TJK adalah sistem bagi hasil. Di mana, setiap investor yang menginvestasikan uangnya di TJK akan mendapatkan bonus sekitar 10 persen.

Ibu Genta adalah investor pertamanya kala itu. Ia mengambil paket besar (100 kg daging) dengan nilai investasi Rp 8,5 juta. Ibu Genta mendapatkan bonus Rp 1,7 perbulannya untuk investasinya itu.

"Cuma saya waktu itu bonusnya Rp 1 juta, nah yang Rp700 ribunya itu untuk cicilan motor. Sampai bulan kesepuluh, saya dapat satu motor dan sisa cicilannya Rp 12 juta dibayar lunas oleh Ustad Komara, bersih tanpa potongan," jelas Ibu Genta.

Selama menjadi investor TJK, Komara tidak pernah menyuruh mengajak orang untuk berinvestasi. Komara hanya berpesan kepada Ibu Genta untuk membagikan hasil yang ia peroleh dari berinvestasi di TJK kepada orang sekitar.

"Jangan ajak-ajak orang. Nih kasih saja ke orang-orang yang membutuhkan" katanya.

Dengan dibuktikannya janji Komara itu, warga sekitar mulai tertarik untuk ikut berinvestasi. Tak hanya itu, warga luar daerah pun mulai berdatangan untuk investasi di PT TJK.

"Ini semua dari mulut ke mulut. Pak Ustadz sendiri tidak pernah ajak-ajak orang," katanya.

Sebagai investor pertama, Ibu Genta juga kecipratan untung. Ia mampu mengumpulkan ratusan hingga ribuan downline. Nilai investasi yang dikumpulkan downline pun mencapai Rp 2 miliar.

"Sampai-sampai uangnya dikarungin. Itu untuk bonus saya sebagai sponsor," katanya.

Seiring dengan semakin pesatnya usaha Komara ini, perusahaan pun berubah nama menjadi Koperasi Langit Biru (KLB). Investor KLB mencapai 125 ribu dari berbagai pelosok tanah air dengan nilai investasi mencapai Rp 6 triliun.

Atas usahanya itu, perekonomian Jaya Komara meningkat. Dari awalnya yang hanya menempati rumah kecil, Jaya Komara kini mamapu membeli rumah dua lantai dengan ukuran besar. Bahkan, konon Komara mampu membeli tanah perkebunan Bukit Cikasungka seluas sekitar 1 hektar.

"Dengar-dengar dibeli, apa gimana saya juga kurang tahu persis. Karena saya tidak mau ikut campur urusan dia," timpal Rara.

Konon katanya lagi, Komara kini telah menjadi orang sukses. Selain memiliki jenis usaha di bidang investasi, Komara disebut-sebut memiliki usaha lain.

"Katanya punya perkebunan sawit, minyak curah, pasir, banyak katanya. Dia banyak duitlah," tutur Rara

0 komentar:

Posting Komentar